Selasa, 07 April 2009

Tugas Etnografi Banjar


BEKANTAN


Bekantan atau yang nama latinnya Nasalis Larvatus dan nama Inggrisnya Proboscis Monkey dikenal juga dengan sebutan kera Belanda, bekara, raseng, pika, dan bentangan. Merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis. Kera jantan berhidung besar ini diberi nama setempat Kera Belanda, karena mirip dengan Orang Belanda yang terbakar sinar matahari. (MacKinnon, 1986), dalam bahasa Brunei disebut Bangkatan. Satwa ini juga merupakan Maskot Provinsi Dati I Kalimantan Selatan (SK Gubernur Kalsel No. 29 Tahun 1990 tanggal 16 Januari 1990).


Bekantan merupakan salah satu jenis satwa liar yang dilindungi semenjak jaman colonial Belanda yaitu pada tahun 1931 melalui Dierenbeschermings Ordonantie (UU Perlindungan Binatang Liar: Staatblad th. 1931 dan th. 1935) sampai kepada Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 301/Kpts-II/1991 dan UU No. 5 Th.1990. Satwa ini juga dilindungi berdasarkan UU Perlindungan Hutan dan Konversi Alam No. 5 th. 1990 serta Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 301/Kpts-II/1991.


Sejak tahun 1978 secara internasional Bekantan mulai masuk dalam daftar RDB (Red Data Book, yang berisikan daftar tentang species yang terancam punah di seluruh dunia) yang dikeluarkan IUCN (World Concervation Union) dengan status vulnerable (beresiko tinggi terancam punah dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama lagi).


Penyebaran


Penyebaran satwa ini sangat terbatas dan untuk kelangsungan hidupnya memerlukan kondisi tertentu. Bekantan tersebar di Pulau Kalimantan dan beberapa pulau dekat pantai, khususnya yang terdapat di muara S. Brunei dan P.Sebatik di perbatasan Sabah/Kalimantan Timur.


Sebagian besar habitat Bekantan berada di wilayah-wilayah yang memiliki ciri lahan basah seperti hutan rawa, hutan riparian (tepi sungai) dan hutan mangrove, yang diantaranya adalah Delta Mahakam, Pesisir Tarakan dan Cagar Alam Teluk Adang-Teluk Apar. Kondisi-kondisi habitat Bekantan yang semakin memprihatinkan saat ini telah menjadikan populasinya semakin berkurang di alam.


Bekantan merupakan kera endemik yang hanya hidup di Kalimantan Selatan, terutama di pinggiran hutan dekat sungai, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan bakau dan kadang-kadang sampai jauh masuk ke pedalaman.


Pada tahun 1977 diperkirakan bahwa bekantan liar yang berada di Serawak tinggal 6.400 ekor saja. Dan diperkirakan sekarang hanya tinggal tersisa 1.000 ekor saja. Sebanyak 2.000 ekor di Sabah dan 4.00 ekor di Kalimantan (Anonim, 2004). Pada tahun 1987, Mac Kinnon menduga populasi bekantan di Indonesia pada saat itu berjumlah 260.950 ekor, dengan kepadatan 25 ekor per km2, serta populasi yang berada di kawasan konservasi diduga 25.625 ekor.


Ciri Khas


Seperti primata pada umumnya, hampir seluruh bagian tubuhnya ditutupi oleh rambut (bulu), kepala, leher, punggung dan bahunya berwarna coklat kekuning-kuningan sampai coklat kemerah-merahan, kadang-kadang coklat tua. Dada, perut dan ekor berwarna putih abu-abu dan putih kekuning-kuningan. Bagian wajah bekantan berwarna merah kecoklatan dan tidak berbulu, sedangkan pada bayi wajah berwarna biru tua (Napier dan Napier, 1967). Hidungnya yang besar merupakan ciri khas yang melekat pada dirinya. Yang jantan mempunyai ciri rambut pipi bagian belakang berwarna kemerah-merahan, bentuk hidung lebih mancung menyerupai mentimun bengkok sedangkan yang betina rambut pipi bagian belakangnya berwarna kekuning-kuningan dan bentuk hidungnya lebih kecil. Perbedaan bentuk hidung ini termasuk kategori dismorfisme seksual.


Dismorfisme Seksual : Perbedaan sistematik luar antar individu yang berbeda jenis kelamin dalam species yang sama. Contohnya mencakup ukuran, warna, dan ada atau tidak adanya bagian tubuh yang digunakan dalam tampilan perkenalan atau perkelahian, seperti bulu, sungut, tanduk atau taring.


Bekantan jantan berukuran lebih besar daripada Bekantan betina. Ukurannya dapat mencapai 75 cm dengan berat mencapai 24 kg. Bekantan betina berukuran 60 cm dengan berat 12 kg. Bekantan mempunyai perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, Bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan perut Bekantan menjadi buncit sebagai efek sampingnya.


Tingkah Laku


Masa kehamilan Bekantan 166 hari atau 5-6 bulan dan hanya melahirkan 1 (satu) ekor anak. Setelah berumur 4-5 tahun sudah dianggap dewasa. Bekantan merupakan hewan sosial, mereka hidup berkelompok/sub kelompok. Mereka menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon secara berkelompok. Masing-masing kelompok dipimpin oleh seekor Bekantan jantan yang besar dan kuat, biasanya disebut Mandah. Biasanya dalam satu kelompok beranggota sekitar 10 sampai 20 ekor. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, mereka dapat berenang menyeberangi sungai dan menyelam di bawah permukaan air.


Bekantan juga merupakan monyet yang pemalu, dia akan pergi menjauh bila bertemu dengan manusia. Pada siang hari Bekantan menyenangi tempat yang agak gelap/teduh untuk beristirahat. Menjelang sore hari, kembali ke pinggiran sungai untuk makan dan memilih tempat tidur.


Fungsi dari hidung besar pada Bekantan jantan masih belum jelas, tapi mungkin ini disebabkan karena seleksi alam. Karena Bekantan betina lebih memilih jantan yang berhidung besar sebagai pasangannya.

Bekantan aktif pada siang hari, mulai pagi hari mereka mencari makanan berupa daun-daunan dari pohon rambai/pedada (Sonneratia Alba), ketiau (Genus Motleyana), beringin (Ficus SP), lenggadai(Bragueira Parviflora), piai (Acrostiolum Aureum), dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar